APAKAH KITA SUDAH LAYAK MENJADI GURU?



 Cermin sering hanya kita maknai verbal sebagai alat melihat wajah dan badan kita saat berdandan. Padahal makna substansialnya lebih dalam. Cermin bisa melihat siapa diri kita, sudahkah kita jujur pada diri sendiri ? sudahkah wajah indah kita sesuai dengan keindahan hati kita?

Guru punya peran strategis bagi masa depan bangsa. Bahkan guru memegang peranan terpenting bagi kemajuan peradapan. Karena ia tidak hanya hidup untuk dirinya, tetapi adalah cermin indah bagi ratusan ribu bahkan juataan anak didik yang tiap hari bersamanya.

Maka profesi guru memiliki nilai sosial dan spiritual yang tinggi.Ia hadir karena amanah dari dua dimensi. Dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Dmensi Vertikal langsung pada posisi "amanah" dari -Nya, sedang Dimensi Horisontal adalah tugas sosial dari masyarakat dan pemerintah. Keduanya saling terkait dan berhubungan.


Sebuah kisah dari beberapa cerminan seorang guru yang pernah kita jumpai :

PAK BANDI, GURU ASAL-ASALAN

Pak Subandi hampir 32 tahun mengajar di sebuah SD kecil di Jombang. Ia beruntung karena menjadi PNS 3 tahun awal dirinya menjadi guru. Namun karena pada dasarnya menjadi guru bukanlah tujuan hidupnya, maka hampir 32 tahun ia menjalani profesi mulia ini dengan ASAL-ASALAN. Asal mengajar, asal berangkat keja, asal melaksanakan tugas dan asal yang lain-lain. Bahkan ia sering bolos mengajar karena kesibukan pekerjaannya di luar sekolah. Kadang tugas menyuruh muridnya untuk menyalin di papan tulis. Ia sibuk menjadi calo tanah untuk menambah penghasilannya. Selain itu pakaian yang ia kenakan tidak rapi, naik sepeda butut yang jarang di cuci ataupum terkadang bahasanya kasar ketika berbicara. Lain dari itu, dari berbagai sisi kehidupannya, ia tidaklah layak disebut sebagai guru.

Ilmu Energi Positif menggambarkan bahwa apa yang dialami dan dilakukan Pak Guru Bandi adalah sebuah situasi hati dan pikiran yang merasuk dalam perilaku yang dominan dihiasi oleh energi negatif.

*Hatinya tidak ikhlas menerima amanah sebagi guru, akibatnya ia tidak puas dan tidak mau konsisten menjalaninya.

*Pikirannya tidak menyatu pada tugas utamanya sebagai pendidik dan pengajar.

*Ketidakikhlasan ternyata merembet menjadi ketidakpuasan akan nafkah yang ia peroleh.

*Hati yang tidak menerima profesi guru sebagai amanah, membuatnya tidak memperhatikan penampilannya sebagai guru dan ini dapat menjadi cerminan buruk bagi murid-muridnya.


PAK AMAN, GURU MENYEJUKKAN

Coba bandingkan dengan kisah Pak Aman, seorang guru SD di kota Malang. Ia seorang guru yang sudah 29 tahun mengajar. Penampilannya rapi, wjahnya bersih. Setiap pagi berangkat dengan sepeda kunonya yang bersih untuk ke sekolah. Tutur katanya lembut membuat ia sangat dekat dengan murid-muridnya. Ia selalu datang sebelum muridnya datang dan pulang setelah muridnya pulang.

Keikhlasan mengajar yang Ia alami menjadikan ketiga anaknya semua sarjana, dan dua lagi sudah diploma. Hidupnya tenang, tidak pernah merasa capai dalam melaksanakan tugasnya karena Pak Aman menyadari bahwa profesinya adalah Amanah dari -NYA.

Apa yang dialami Pak Aman adalah keberhasilan nya menggunakan energi positif untuk memaknai amanah yang Ia terima :

*Keikhlasan dirinya sebagai guru mendorongnya tidak hanya menjadi pengajar yang tepat waktu, melainkan selalu hadir disekolah sebelum murid datang dan pulang stelah semua murid pulang.

*Rapi dalam berpakaian, santundalam bertutur kata bukanlah suatu perilaku yang datang begitu saja, melainkan datang dari hati yang tulus.

*Cermin indah yang ditampilkan Pak Guru Aman adalah sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru kini dan masa mendatang.

SEBAGAI GURU, apakah kita cenderung seperti Pak Bandi atau Pak Aman? ataukah di tengah-tengah antara keduanya?    mari kita bercermin diri.

(disadur kembali dari MINDSET PEMBELAJARAN "Yusron Aminulloh")


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU BERKARAKTER

GURU SEBAGAI PENDAKWAH

GURU DAN MURID PUNYA ZAMAN BERBEDA